Kamis, 23 April 2015

Suku Karo yang ada di Sumatra Utara


pernikahan di tanah karo

Perkawinan pada masyarakat Karo bersifat eksogami merge, dalam arti pertukaran wanita tidak terjadi secara timbal balik antara dua kelompok kerabat saja. Dalam kenyataannya kelompok kekerabatan yang benar-benar melakukan perkawinan exogami adalah kelompok kerabat sada nina. Orang karo mengenal pula adat perkawinan lakoman, yaitu perkawinan antara seorang janda dengan saudara laki-laki almarhum suaminya; dan perkawinan gancibahu, yaitu perkawinan antara seorang duda dengan saudara perempuan almarhum istrinya. Di tanah Karo, dan tanah Batak pada umumnya, sekalipun agama Islam, Kristen Protestan dan Katholik telah masuk, agama asli yang disebut perbegu tetap besar pengaruhnya. Bahkan orang Karo yang menganut agama asli ini lebih banyak daripada yang menganut agama-agama besar tersebut. Bentuk religi yang dijalankan adalah pemujaan terhadap roh kerabat yang telah meninggal. Orang Karo mengenal beberapa roh pelindung, antara lain : Mate sada wari, yaitu roh kerabat yang mati mendadak karena kecelakaan, terbunuh, dan sebagainya ; serta Batara Guru, yaitu roh bayi yang meninggal sebelum tumbuh giginya. Dalam sistem religi dilakukan serangkaian upacara adat yang dipimpin oleh seorang dukun wanita disebut Guru si baso.
Dialah yang menjadi perantara manusia dengan roh halus. Dalam suatu upacara pemujaan dukun wanita tersebut kemasukan roh sehingga dapat berhubungan langsung dengan roh yang ingin dihubungkan.

tari-tarian di tanah karo

 
Zaman dahulu kala, di dataran tinggi Karo Prop. Sumut. tinggalah seorang raja dengan istrinya beserta putri mereka yang sangat cantik. Pada suatu hari, putri raja sakit. Maka ratu menanyakan putrinya apa yang diinginkannya supaya dia cepat sembuh, kemudian putri raja tersebut mengatakan bahwa dia menginginkan seekor ikan dari perkebunan padi dan buah palma. Setelah itu raja memerintahkan rakyat supaya mencari apa yang diinginkan putrinya. Tarian ini menggambarkan bagaimana masyarakat Karo melakukan kegiatan mereka sehari-hari seperti bekerja di perkebunan padi, di lapangan dan mengambil buah palma dari hutan.

2. Tari Ndikkar

Ndikkar adalah bentuk pertahanan diri tradisional Karo atau Pencak Silat yang tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan kebudayaan masyarakat Karo. Ndikkar memiliki ciri-ciri : gerakan yang sangat lambat dan lembut tetapi di saat-saat tertentu gerakan tarian ini akan terlihat keras dan cepat. Khususnya masyarakat Karo, mereka mempelajari Pencak Silat hanya untuk pertahanan diri sendiri, tetapi sekarang tarian Ndikkar sebagian besar telah menjadi tarian kebudayaan.

3. Tari Baka

Zaman dahulu kala, masyarakat di dataran tinggi Karo masih mengandalkan orang pintar atau paranormal. Hampir semua masalah yang ada disampaikan kepada orang pintar atau paranormal. Khususnya untuk masalah penyakit, masyarakat akan membawanya kepada orang pintar untuk disembuhkan. Dalam proses penyembuhannya orang pintar atau paranormal menggunakan sebuah keranjang dan mangkok khusus untuk tempat ramuan-ramuan obat. Oleh karena itu tarian ini menggambarkan bagaimana orang pintar atau paranormal tersebut menyembuhkan orang yang sakit.

makanan khas karo

Hai guys kalian harus tau nih makanan-makanan khas Karo :
1.Cimpa
Kue ini terbuat dari beras ketan sebagai bahan utamanya,
sebagai isinya mengunakan gula yang di campur dengan kelapa parut,dan sebagai baju luarnya pada umumnya mengunakan daun pisang atau sering disebut Daun Singkut seperti gambar di bawah ini.

Kue Khas Suku Karo ini biasa di sajikan bila ada pesta-pesta, baik itu pesta pertemuan keluarga (Perpulungen), sampai pesta adat yang besar seperti perkawinan atau kerja tahun(Merdang merdem). sehingga Cimpa ini bisa disebut juga kue yang bisa kita dapat dan nikmati kala ada pesta, perpulungan, atau acara besar lainya, maka bisa dikatakan Cimpa merupakan salah satu simbol dari kekhasan makan Karo. Dan biasanya disetiap acara besar ga ada cimpa,
seperti ada yang kurang….



2.Terites
Makanan Khas Masyarakat karo ini terbilang yang paling unik, dimana makan ini terbuat dari berbagai jenis sayuran dan berisikan oleh jeroan atau bagian dalam Sapi, Kerbau, atau kambing. Bahan dasar dari makanan ini adalah rumput yang terdapat pada perut besar Sapi, Kerbau, atau Kambing.
Rumput yang digunakan belum menjadi kotoran karena rumput ini diambil bukan dari usus besarnya atau bagian sistem pencernaan. Rumput ini masih segar karena ketika kerbau atau sapi memakan rumput maka rumput yang baru di mamah di mulut akan ditelan dan dimasukan kedalam lumbung penyimpanan (perut besar) dimana kemudian akan di mamah kembali baru rumput tersebut akan di masukan kebagian pencernaan. Nah di kantung penyimpanan itulah rumput tersebut di ambil.
Terites ini merupakan makanan khas yang biasanya dibuat atau di sajikan pada saat pesta besar seperti Merdang Merdem (Pesta Panen Tahunan) sama halnya dengan cimpa.

3.Cipera
Masakan khas Karo ini terbuat dari potongan ayam kampung dan dimasak dengan tepung jagung sampai empuk dan berkuah kental. Kuah kental ini bercitarasa pedas karena memakai cabe rawit dan sedikit asam.
Selain di campur ayam, cipera ini juga dipadukan dengan jamur. Hmmmm…. jadi lapar saya :D

4 Tasak Telu
Tasak Telu merupakan masakah khas Karo lainnya yang berarti “tiga masakan” yang terdiri dari masakan ayam rebus yang dicampur dengan berbagai bumbu. Air rebusannya disisihkan dan disajikan sebagai kuah atau sup. Ayam rebusnya yang termasuk jeroannya dipotong-potong untuk disajikan. Bila dikehendaki, ayam rebus ini dapat dimasak lagi sebentar dengan darah ayam. Dalam bahasa setempat, darah disebut dengan istilah “getah”
Bagian tulang-tulangnya dimasak lagi dengan sebagian kuah dan dicampur dengan cipera. Dengan tambahan bumbu-bumbu, campuran ini menjadi kuah kental yang gurih. Kuah kental ini – sebagai elemen kedua dari sajian ayam tasak telu – nanti diguyurkan pada ayam rebus ketika menyantapnya.
Elemen ketiganya adalah cincang sayur. Berbagai sayur rebus – kacang panjang, batang pisang, jantung pisang, daun pepaya, daun singkong, tauge – diurap dengan parutan kelapa berbumbu.
5. Kidu-Kidu
Masakan khas dari karo ini berupa ulat dari pohon enau. cara memasaknya. Setelah dibersihkan kidu ini digoreng agar bagian luarnya renyah, tetapi tidak sampai pecah agar cairan di dalamnya masih utuh. Kidu goreng ini kemudian dimasak sebentar dalam kuah arsik – kunyit, kemiri, bawang merah, bawang putih, andaliman, kincung (kecombrang). Dibawah ini gambarnya ( kidu yang belum dimasak. Jangan dimakan seperti gambar yang di bawah ya. Kidunya masih hidup. ntar dibilang kanibal pula. hehehe :D )

Mengenal Kebudayaan di Tanah Karo, Sumatra Utara


Suku Karo adalah suku  asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara.
Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo.Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo, dan memiliki salam khas, yaitu Mejuah-juah.
Sementara pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.Adapun keberadaan Rumah adat suku Karo atau yang dikenal dengan nama Rumah Si Waluh Jabu yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu Rumah yang terdiri dari delapan bilik yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing.

Sejarah Suku Karo
Menurut Kol. (Purn) Sempa Sitepu dalam buku “Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia” menuliskan secara tegas etnis Karo bukan berasal dari si Raja Batak.Ia mengemukakan silsilah etnis Karo yang diperoleh dari cerita lisan secara turun temurun dan sampai kepada beliau yang didengar sendiri dari kakeknya yang lahir sekitar tahun 1838.

Menurutnya, leluhur etnis Karo berasal dari India Selatan berbatasan dengan Mianmar.Menurut cerita yang disarikan oleh Sempa Sitepu, bahwa pada awalnya seorang maharaja yang sangat kaya, sakti dan berwibawa yang tinggal di sebuah negeri bersama permaisuri dan putra-putrinya, yang terletak sangat jauh di seberang lautan. Raja tersebut juga mempunyai seorang panglima perang yang sangat sakti, berwibawa dan disegani semua orang.Nama panglima itu ialah Karo keturunan India.
Pada suatu ketika, maharaja ingin pergi dari negerinya untuk mencari tempat yang baru dan mendirikan kerajaan baru.Ia mengumpulkan semua pasukannya dan menganjurkan semuanya untuk bersiap-siap untuk berangkat ke negeri seberang. Ia juga mengajak putrinya Si Miansari untuk ikut merantau. Miansari sangat senang mendengar berita itu, karena ia sedang jatuh cinta kepada panglima perang tersebut.

Budaya di Tanah Karo